
Digigit Hiu Saat Snorkeling di Masa Haid: “Saya Masih Ingin Ambil Foto!”
Unik4d News | Sebuah insiden langka namun memicu perdebatan terjadi di perairan Krabi, Thailand, ketika seorang wanita asal China berusia 20-an digigit hiu saat sedang snorkeling—meski ia sedang dalam masa menstruasi. Yang lebih mencengangkan, alih-alih segera keluar dari air setelah diserang, ia justru menolak dievakuasi karena ingin mengambil lebih banyak foto underwater.
Menurut laporan dari Unik4d News, insiden terjadi di dekat pulau Phi Phi, destinasi populer bagi turis Asia. Saat itu, korban sedang berenang di dekat terumbu karang ketika seekor hiu kecil (diduga hiu karang) menggigit bagian betisnya. Meski lukanya tidak parah, darah sempat mengalir di air—sebuah risiko yang selama ini diwaspadai oleh penyelam, terutama bagi wanita yang sedang menstruasi.
Namun, alih-alih panik, korban justru bersikeras tetap di dalam air.
“Saya sudah bayar tur ini mahal-mahal. Saya belum puas foto!” katanya kepada pemandu wisata, seperti dikutip dari saksi di lokasi.
Ia baru mau keluar setelah mengambil puluhan foto tambahan, termasuk foto “selfie dengan luka gigitan hiu”.
Menstruasi dan Risiko Serangan Hiu: Mitos atau Fakta?
Meski banyak yang percaya bahwa darah menstruasi menarik hiu, para ahli biologi kelautan menyatakan bahwa risiko sebenarnya sangat kecil. Hiu lebih tertarik pada gerakan cepat, kontras warna, dan getaran di air—bukan bau darah dalam jumlah kecil.
Namun, insiden ini tetap mengingatkan pentingnya kesadaran keselamatan saat aktivitas air, terutama di wilayah dengan keberadaan predator laut.
Viral di Media Sosial, Dibahas di Komunitas Digital
Kisah ini dengan cepat menyebar di platform seperti TikTok dan Weibo, dengan berbagai reaksi—dari yang kagum atas keberaniannya, hingga yang mengkritik sikapnya yang dianggap ceroboh. Di Indonesia, topik ini juga ramai dibahas di kalangan pengguna media sosial yang mengikuti tren wisata dan keanehan global.
Platform seperti unik4d, yang kerap mengulas konten viral berbasis budaya pop dan kejadian nyata dari Asia, turut menyoroti kisah ini sebagai contoh “kegigihan ekstrem demi konten”.
“Dulu orang rela naik gunung demi feed Instagram. Sekarang, rela digigit hiu demi satu foto cinematic,” tulis salah satu kurator di unik4d.
Penutup
Kisah ini mungkin terdengar kocak, tapi juga menjadi cermin bagaimana tekanan untuk menghasilkan konten visual bisa membuat seseorang mengabaikan insting keselamatan dasar. Di era di mana “foto bagus” sering dihargai lebih dari pengalaman itu sendiri, mungkin ini saatnya bertanya: seberapa jauh kita rela pergi demi like?