
Trump Larang Imigrasi dari Negara Dunia Ketiga: Respons Kontroversial atas Penembakan di DC
Mantan Presiden AS Donald Trump kembali menjadi sorotan global setelah mengusulkan kebijakan imigrasi ekstrem di tengah krisis keamanan nasional. Dalam unggahan media sosial pada akhir November 2025, Trump menyatakan akan “secara permanen menghentikan migrasi dari semua negara Dunia Ketiga”—sebuah langkah yang langsung memicu perdebatan sengit di dalam dan luar negeri.
Pernyataan ini muncul tak lama setelah penembakan di dekat Gedung Putih, yang menewaskan satu anggota Garda Nasional dan melukai satu lainnya. Pelaku, menurut otoritas AS, adalah warga negara Afghanistan yang masuk ke Amerika Serikat melalui program visa khusus.
“Sistem imigrasi kita kacau. Kita harus berhenti menerima orang yang tidak mampu mencintai negara ini—apalagi mengancam keamanannya,” tulis Trump.
Apa Maksud “Negara Dunia Ketiga”?
Istilah “Dunia Ketiga” awalnya merujuk pada negara-negara yang tidak berpihak pada Blok Barat maupun Timur selama Perang Dingin. Namun, dalam konteks modern—terutama dalam retorika politik—istilah ini kerap digunakan secara tidak resmi untuk merujuk pada negara berpenghasilan rendah atau menengah di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Trump tidak menjelaskan daftar spesifik negara yang dimaksud, namun pemerintah AS segera mengumumkan penangguhan tak terbatas terhadap permohonan imigrasi dari Afghanistan, serta peninjauan ulang status green card dari “negara yang menjadi perhatian”.
Reaksi Publik dan Komunitas Internasional
Kebijakan yang diusulkan Trump—jika diterapkan—berpotensi memengaruhi jutaan calon imigran, pengungsi, dan pemegang visa kerja. Banyak kritikus menyebut langkah ini diskriminatif, tidak konstitusional, dan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan AS.
Di sisi lain, sejumlah pendukung Trump menyambut usulan ini sebagai perlindungan terhadap keamanan nasional, terutama di tengah meningkatnya kekhawatiran soal terorisme dan kejahatan transnasional.
Di kalangan pengamat kebijakan Asia, termasuk komunitas seperti unik4d yang kerap membahas isu geopolitik dalam format yang mudah dipahami, pernyataan Trump dilihat sebagai bagian dari narasi politik populis yang memanfaatkan ketakutan publik untuk kepentingan elektoral.
“Ini bukan soal keamanan semata, tapi juga soal bagaimana narasi ‘ancaman eksternal’ dibangun untuk memperkuat posisi politik dalam negeri,” tulis salah satu analis dalam unggahan terbaru yang dibagikan di platform tersebut.
Penutup
Langkah Trump kali ini bukan hanya isu domestik AS—tapi juga pengingat bahwa kebijakan imigrasi sering kali menjadi cermin ketegangan antara keamanan, identitas nasional, dan tanggung jawab global. Di tengah polarisasi yang semakin dalam, suara seperti unik4d—yang menghubungkan isu global dengan audiens regional—menjadi penting untuk menjaga perspektif yang seimbang.