Mengapa Berita Viral Menarik Perhatian Kita?
Berita viral—entah itu kisah tragis, lucu, kontroversial, atau mengejutkan—selalu mampu menyita perhatian publik dalam hitungan jam, bahkan menit. Fenomena ini bukan kebetulan, melainkan hasil dari interaksi kompleks antara psikologi manusia, desain media sosial, dan dinamika sosial modern. Berikut penjelasannya:
1. Emosi yang Kuat Memicu Penyebaran
Berita viral umumnya memicu respons emosional yang intens—kemarahan, keheranan, empati, atau rasa takut. Studi dari Wharton School menunjukkan bahwa konten yang membangkitkan emosi tinggi lebih cenderung dibagikan.
Contoh:
- Kisah seorang ibu yang mayatnya dimasukkan ke kulkas saat banjir Hatyai memicu empati mendalam.
- Skandal penjara Bangkok dengan narapidana Tiongkok yang diberi pekerja seks memicu kemarahan dan rasa jijik.
Emosi ini “mendorong” otak kita untuk berbagi—sebagai bentuk peringatan, protes, atau sekadar ekspresi.
2. Rasa Ingin Tahu dan Ketidakpastian
Otak manusia secara alami tertarik pada misteri, konflik, atau ketidaksesuaian. Berita seperti “suami bohong ke KL, ternyata ke Hatyai lalu terjebak banjir” menarik karena mengandung ironi dan kejutan.
Kita ingin tahu:
- Apa yang terjadi selanjutnya?
- Bagaimana sang istri bereaksi?
- Apakah dia selamat?
Ketegangan naratif seperti ini membuat berita “menempel” di pikiran kita.
3. Media Sosial Mempercepat Penyebaran
Algoritma platform seperti TikTok, Instagram, dan Facebook sengaja mendahulukan konten yang menghasilkan engagement tinggi—komentar, like, dan share.
Konten viral biasanya:
- Visual (video pendek, foto dramatis)
- Singkat dan langsung ke inti
- Mengandung konflik atau kejutan
Contoh: video ayah yang tinggalkan anak di playground sambil diduga selingkuh—langsung memicu debat publik dan viral dalam hitungan jam.
4. Validasi Sosial dan Rasa “Tidak Ketinggalan”
Kita sering membagikan berita viral bukan hanya karena isinya, tapi karena ingin dianggap “up-to-date”. Dalam psikologi sosial, ini disebut social validation—kita merasa aman dan relevan ketika berpartisipasi dalam percakapan publik yang sedang hangat.
5. Cerita yang Relatable atau Ekstrem
Berita viral biasanya jatuh di dua ujung:
- Sangat relatable: seperti orang tua lupa bawa anak, suami bohong soal liburan.
- Sangat ekstrem: seperti rencana invasi ke Haiti untuk budak seks, atau bayi 9 bulan diperkosa.
Keduanya memicu perhatian: yang pertama karena “bisa terjadi pada siapa saja”, yang kedua karena “sangat di luar nalar”.
Penutup: Viral ≠ Benar, Tapi Selalu Bermakna
Meski tidak semua berita viral akurat, popularitasnya mencerminkan apa yang sedang mengganggu, menghibur, atau mengkhawatirkan masyarakat. Dalam dunia yang penuh informasi, berita viral adalah cermin dari nilai, ketakutan, dan harapan kolektif kita—dan itulah mengapa kita tak bisa berhenti membicarakannya.